Kamis, 14 Januari 2021

Mengenalkan Teknologi pada Anak Usia Dini


Mendidik anak PAUD/TK tak cukup dengan tepuk-tepuk dan bernyanyi. Dibutuhkan ekstra kesabaran dan berbagai macam strategi untuk menghadapinya. Dalam satu kelas saja terdapat berbagai macam karakter anak yang berbeda, dari yang aktif sampai yang pendiam. Belum lagi jika mereka memiliki kebutuhan khusus, misalnya autis, keterlambatan berbicara, ADHD, dsb. Namun di balik itu semua, tingkah polos mereka selalu membuat kita tersenyum. 

Semenjak era globalisasi sampai industri 4.0, hampir semua bidang kehidupan berubah, termasuk pendidikan. Teknologi semakin canggih, pembelajaran mulai dirancang untuk menghadapi tantangan tersebut. Muncullah metode pembelajaran STEAM (Scientist, Technology, Engineering, Arts and Mathematics). Sebuah metode pembelajaran menggunakan pendekatan antar ilmu, menjadikan anak aktif dalam menyelesaikan berbagai masalah.

Pembelajaran STEAM bukan hanya di tingkat SMU/SMK, bahkan mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pada masa ini dikenal dengan istilah ‘golden age’ atau masa emas. Stimulasi positif yang diperoleh akan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya menjadi pondasi kehidupannya sampai dewasa kelak. Dengan demikian, kita harus mempersiapkan anak usia dini untuk siap menghadapi era digitalisasi. Bukan hanya pembelajaran konvensional yang masih berpusat pada guru dan hanya mengajarkan calistung. 

Namun sayangnya, banyak yang memandang pembelajaran pada anak PAUD/TK tidak boleh digital. Kita seakan menutup mata bahwa anak-anak, bahkan dari bayi, diperkenalkan gawai oleh orang tuanya. Mereka memberikan gawai agar anak diam dan mereka tenang bekerja. Sayang media tontonannya kurang cocok. Contohnya berupa film kartun, atau ada tokoh anak-anak, tetapi masih mengandung ucapan atau kekerasan fisik. 

Sebagai pendidik, tentunya kita tidak bisa mencegah hal tersebut. Menjauhkan mereka dari teknologi atau menyuruh orang tua melarang anaknya memegang gawai, bukanlah tindakan yang tepat. Hal yang bisa kita lakukan adalah membuat dan membanjiri konten positif untuk membendung konten negatif tersebut. Peran orang tua di sini sangat penting untuk mendampingi anaknya. Sebelum usia dua tahun, sebaiknya anak tidak diperkenalkan dengan gawai karena bisa mengalami hambatan perkembangan.  

Bijaklah mengenalkan gawai ke anak. Gawai merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sekarang. Fungsinya bukan hanya untuk hiburan tetapi juga digunakan untuk belajar. Kita juga harus tahu berapa lama waktu untuk menggunakannya pada anak dari segi kesehatan. 

Menurut WHO, 
screen time atau waktu anak secara pasif menonton hiburan 
berbasis layar perangkat digital 
untuk anak usia 3 – 4 tahun adalah 60 menit per hari 
dan usia 5 – 6 tahun adalah 120 menit per hari. 

Saya sendiri sebagai guru sudah banyak membuat video untuk pembelajaran, animasi, maupun dongeng digital yang disimpan dalam Youtube. Media pembelajaran interaktif dengan Power Point, Powtoon, serta perekam layar SOM, bahkan games “Membuang sampah” dengan Articulate Storyline. 


Akhir tahun 2020 kemarin, saya membuat sebuah Bot pembelajaran untuk anak usia dini dari aplikasi Telegram. Bot ini dikembangkan untuk model pembelajaran STEAM Berbasis Sibernatik, bersama Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Provinsi Banten. Model ini sudah disahkan oleh Kemendikbud dan dipakai sebagai salah satu media untuk PJJ untuk anak TK/PAUD.



Contoh Bot Telegram STEAM PAUD 

Hal yang perlu diingat, teknologi hanyalah suatu alat. Interaksi antara guru, siswa, dan orang tua, tetap harus ada. 


***


Nurhayati, S.Pd.I. Mengajar di Taman Kanak-kanak Khusus (TKKh) SKh Negeri 02 Kota Serang. 

22 komentar:

  1. Mantap....jadi ngiri sama yang suka belajar, kapan ya saya bisa mengijuti jejak bu Nur?
    Pertanyaan besar sebagai tantangan bagi saya.
    Keren bu Nur.TOP BGT pokoke.

    BalasHapus
  2. Ayo, Bu Acih, mulai nulis di blog, di sosmed, hehe .... Katanya mau cita-cita punya buku sendiri, semangat.

    BalasHapus
  3. Sepakat bu Teknologi salah satu alat/media yang dapat memperlancar kegiatan peroses belajar mengajar untuk semua kalangan tidak terkecuali untuk PAUD/TK. Terus berkarya dan menginspiraasi bunda

    BalasHapus
  4. Oi...ibu guru yang kreatif. Saya sendiri masih gaptek, pengen belajar lagi. Tak ada batasan umur kan untuk belajar?

    BalasHapus
  5. Insya Allah gak ada Bu, banyak yang sudah tua tetap semangat belajar, kok. Keren sudah ada niat untuk belajar, Saya dukung, Bu.

    BalasHapus
  6. Wah, keren ya, ternyata screen time pada anak pun ada batasan waktu per harinya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ini juga termasuk yang pasif kalau menonton televisi, ya. Tapi kalau anaknya aktif, dalam arti nonton gerak dan lagu lalu anak mengikutinya, tidak menantap layar secara terus menerus, itu tidak berlaku.

      Hapus
  7. aku baru sadar ternyata tenaga pendidik paud/tk itu usahanya ekstra banget utk menggali potensi anak di masa golden age-nya mereka. kita dituntut utk kreatif juga ya mba, ga kepikiran loh aku sampe bikin bot pembelajaran di telegram. semangat, mba! ❣️

    BalasHapus
  8. Setuju sekali bu. Secanggih apapun teknologi hubungan antar manusia secara langsung itu juga penting sekali untul proses pembelajaran bersosialisasi

    BalasHapus
  9. Terimakasih bu guri sharingnya. Jadi reminder jga untuk aku sebagai orangtua 😊

    BalasHapus
  10. memahami kalau anak juga perlu dikenalkan dengan teknologi juga perlu dipahami ortu ya, mbak. ortu yang pegang kontrol untuk ini. cuma ya, kadang suka kebablasan. dengan alasan 'biar anak anteng' akhirnya mereka dipegangi ponsel dkk dalam waktu lama. kalau telanjur seperti itu, bagaimana penanganannya ya, mbak? mungkin bisa diberikan saran di tulisan lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah siap, Mbak Bening. Saya juga dulu begitu, sekarang sih buat kesepakatan sama anak.

      Hapus
  11. Kalau anak sudah diajarkan teknologi dari kecil semoga dia tak berusaha cari cari sendiri yang pasti lebih berbahaya.. sukses selalu ya..Mbak

    BalasHapus
  12. Memang harus kita tekankan bahwa kita yang harus mengontrol pemakaian gawai itu ya Mba, karena kalau nggak malah kita yang dikontrol mereka. Nah sejujurnya pola pembelajaran yang mbak ceritakan perlu banget disosialisasikan lebih banyak lagi, karena jujur aku masih banyak dengar dari orang lain bahwa anak-anaknya jadi kecanduan gadget karena belajar online😔 anak pun nggak bisa disalahkan, karena masih sulit membedakan yang baik dan buruk.
    Mungkin sosialisasi kepada orang tua juga perlu ditekankan lagi ya Mbak?

    Btw, salut banet juga dengan perjuangn seorang guru. Di era kayak gini, mereka harus berpikir keras agar edukasi tetap berjalan dengan semestinya. Semangatt untuk Mbak dan para guru di luar sana❤

    BalasHapus
  13. Keren babet mba, dan emang bener mengenalkan teknologi ke anak-anak itu gampang-gampang susah. Daripada disuruh nonton youtube, kitanya mending memanfaatkan teknologi untuk bikin bahan belajar biar lebih asyik ya~

    BalasHapus
  14. Ide yang sangat bagus dan inspiratif sekali dalam mengajar anak-anak di era digital sekarang ini. Aku juga setuju banget tentang peran penting orang tua dan guru untuk membimbing anak-anak muda dalam berteknologi.. jangan sampai kecanduan ataupun menggunakannya untuk menghabiskan waktu bermain game yang tidak terarah. Salam semangat untuk mbak Hayatilah!

    BalasHapus
  15. Iya, teknologi hanya media ya Bu, yang penting interaksi anak, orang tua dan guru saling membantu proses belajar biar lancar..

    BalasHapus