Selasa, 14 Februari 2023

Demontrasi Kontekstual 3.1

Pengambilan Keputusan Dilema Etika

Seorang pimpinan atau kepala sekolah harus mengambil keputusan. Tak jarang kasus yang harus dipecahkan tersebut memiliki dilema etika, di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan. Satu hal benar, di lain pihak satunya juga benar. Dengan demikian, pimpinan pun harus tepat dan mempertimbangkan dengan baik dalam memutuskan agar tidak ada pihak yang akan dirugikan. Tentunya, pengambilan keputusan tersebut berdasarkan unsur kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Akan tetapi, lain halnya jika kasus tersebut berupa bujukan moral. Permasalahan yang dihadapi adalah nilai benar dan salah, sehingga pimpinan yang tentunya akan dapat langsung memutuskan tanpa menghadapi banyak pertimbangan atau dilema.

Empat Paradigma, Tiga Prinsip, serta Sembilan Langkah Pengujian Pengambilan Keputusan

Dalam materi calon guru penggerak Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai Universal, terdapat empat paradigma, tiga prinsip pengambilan keputusan, serta sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan berupa dilema etika.

Empat Paradigma Dilema Etika tersebut antara lain: 1) Individu lawan kelompok (individual vs community) 2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Sedangkan tiga prinsip pengambilan keputusan antara lain: berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

Wawancara Praktik Pengambilan Keputusan

Sebagai penugasan dalam Demonstrasi Kontekstual serta tindak lanjut pemahaman materi tentang pengambilan keputusan dilema etika, maka kami sebagai peserta CGP Angkatan 6, melakukan wawancara terhadap dua pimpinan di sekolah khusus. Yang pertama kepada Ibu Lilis Sri Suryani, S.Pd. MM., selaku kepala sekolah SKh Negeri 02 Kota Serang, serta Ibu Dr. Fuji Sujira, M.Pd., selaku pimpinan sekolah khusus Pandita.

Wawancara dengan Kepala SKHN 02 Kota Serang









Wawancara dengan pimpinan SKh Pandita Serang


Wawancara tersebut selengkapnya dapat dilihat di tayangan video dalam tautan berikut ini.


Analisis serta Refleksi Hasil Wawancara


Hal menarik yang muncul dari wawancara tersebut adalah kedua kepala sekolah mau menerima, bersikap terbuka dalam menjawab pertanyaan. 

Kemudian, mereka juga masih perlu memahami tentang pengertian dilema etika dan bujukan moral, sehingga untuk menjawab pertanyaan tentang mengidentifikasi kasus yang berupa dilema etika dan bujukan moral perlu dijelaskan lebih lanjut.

Berdasarkan materi yang telah dipelajari, tentu saja keduanya tidak runtut dan lengkap dalam melaksanakan sembilan langkah pengujian pengambilan keputusan. 

Persamaan keduanya tampak mendahulukan kedekatan dan diskusi baik itu dengan guru yang bersangkutan ataupun bantuan wakil kepala sekolah dalam memecahkan masalah. Nilai-nilai kebajikan seperti peduli atau simpati, juga digunakan. 

Sedangkan perbedaanya adalah pengalaman dalam memimpin, di mana Bu Ira memang lebih berpengalaman menjadi kepala sekolah, dibandingkan Bu Lilis yang baru menjabat. 

Keduanya tampak mementingkan pendekatan personal kepada guru, serta menggunakan prinsip berbasis peduli. Walaupun Bu Lilis sebagai kepala sekolah negeri tentunya lebih mendahulukan aturan dari dinas (berpikir berbasis peraturan). 

Hal yang paling menonjol adalah sesibuk apapun, Bu Ira bersedia meluangkan waktunya dengan membuat jadwal khusus untuk pertemuan, serta bersedia memberikan layanan melalui ponselnya selama 24 jam untuk menangani permasalahan yang muncul. 

Rencana ke depan adalah bahwa setiap keputusan harus semuanya diselesaikan dengan baik. Tentunya dengan melihat seberapa besar atau berat masalah yang dihadapi, serta disikapi dengan emosi yang baik agar lebih efektif.

Dari hasil wawancara tersebut, kami banyak belajar tentang pengambilan keputusan dilema etika, terutama untuk saya pribadi.  Walaupun keputusan berada di tangan pimpinan, tetap saja harus didiskusikan dengan orang lain yang berkepentingan. 

Selain itu saya juga harus belajar untuk lebih peduli atau berempati, menahan emosi serta berpikiran jernih, serta melakukan evaluasi dan refleksi dalam pengambilan keputusan, baik itu terhadap murid maupun teman guru. 

Nurhayati
CGP Angkatan 6 Kota Serang 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar